PT Gunung Lawoe Mercu Buana akan segera melakukan analisis mengenai dampak lingkungan sebelum mengubah bekas pelabuhan Ampenan, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, menjadi pelabuhan wisata berkelas dunia.
"Investor dari Jakarta, PT Gunung Lawoe Mercu Buana itu rencananya akan membuat analisis dampak lingkungan (Amdal) dengan melibatkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Mataram, sebagai konsultan," kata Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram, Lalu Martawang, di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, aspek utama yang akan menjadi kajian dalam amdal yakni aspek sosial, ekonomi, budaya dan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan.
"Kami belum tahu pasti kapan pelaksanaan kajian amdalnya, yang jelas semuanya sudah dibahas. Dan perlu diketahui, Pemerintah Kota Mataram, tidak terlibat secara penuh dalam proses kajian amdal tersebut," ujarnya.
Menurut dia, PT GLMB rencananya akan membangun pelabuhan wisata berkelas dunia dengan fasilitas hotel bertingkat 17 yang memiliki 500 kamar.
Rencana pemanfaatan bekas pelabuhan Ampenan yang pernah digunakan pada zaman penjajahan Belanda itu, sudah dibahas dalam rapat koordinasi pada Rabu (22/6) dengan sejumlah instansi terkait bersama PSL Universitas Mataram. Rapat koordinasi itu dipimpin oleh Wali Kota Mataram H. Ahyar Abduh.
Martawang mengatakan, nilai investasi yang akan dikeluarkan perusahaan untuk mengubah bekas pelabuhan Ampenan menjadi sebuah kawasan wisata berkelas dunia sekitar Rp1 triliun lebih.
"Jika rencana investor itu terealisasi, bayangkan 'multiflier effect' yang akan ditimbulkan, mulai dari tenaga kerja yang bisa direkrut hingga pada penjualan berbagai produk," ujarnya.
Menurut dia, Pemerintah Kota Mataram memiliki aset seluas 11 hektare (ha) di bekas Pelabuhan Ampenan tersebut, namun luas lahan yang dibutuhkan oleh PT Gunung Lawoe Mercu Buana hanya 5,5 ha.
Untuk mempercantik kawasan tersebut, kata dia, pihak investor juga berencana mereklamasi pantai sepanjang 50 meter dan penataan lingkungan sepanjang dua kilometer dari garis pantai.
"Pelabuhan wisata itu bisa dimanfaatkan oleh kapal yang membawa wisatawan ke Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, kawasan wisata di Sekotong Lombok Barat, dan ke Bali. Bahkan, kami berharap bisa menjadi pelabuhan internasional," ujarnya.(*)
sumber : antaramataram.com
"Investor dari Jakarta, PT Gunung Lawoe Mercu Buana itu rencananya akan membuat analisis dampak lingkungan (Amdal) dengan melibatkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Mataram, sebagai konsultan," kata Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Mataram, Lalu Martawang, di Mataram, Kamis.
Ia mengatakan, aspek utama yang akan menjadi kajian dalam amdal yakni aspek sosial, ekonomi, budaya dan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan.
"Kami belum tahu pasti kapan pelaksanaan kajian amdalnya, yang jelas semuanya sudah dibahas. Dan perlu diketahui, Pemerintah Kota Mataram, tidak terlibat secara penuh dalam proses kajian amdal tersebut," ujarnya.
Menurut dia, PT GLMB rencananya akan membangun pelabuhan wisata berkelas dunia dengan fasilitas hotel bertingkat 17 yang memiliki 500 kamar.
Rencana pemanfaatan bekas pelabuhan Ampenan yang pernah digunakan pada zaman penjajahan Belanda itu, sudah dibahas dalam rapat koordinasi pada Rabu (22/6) dengan sejumlah instansi terkait bersama PSL Universitas Mataram. Rapat koordinasi itu dipimpin oleh Wali Kota Mataram H. Ahyar Abduh.
Martawang mengatakan, nilai investasi yang akan dikeluarkan perusahaan untuk mengubah bekas pelabuhan Ampenan menjadi sebuah kawasan wisata berkelas dunia sekitar Rp1 triliun lebih.
"Jika rencana investor itu terealisasi, bayangkan 'multiflier effect' yang akan ditimbulkan, mulai dari tenaga kerja yang bisa direkrut hingga pada penjualan berbagai produk," ujarnya.
Menurut dia, Pemerintah Kota Mataram memiliki aset seluas 11 hektare (ha) di bekas Pelabuhan Ampenan tersebut, namun luas lahan yang dibutuhkan oleh PT Gunung Lawoe Mercu Buana hanya 5,5 ha.
Untuk mempercantik kawasan tersebut, kata dia, pihak investor juga berencana mereklamasi pantai sepanjang 50 meter dan penataan lingkungan sepanjang dua kilometer dari garis pantai.
"Pelabuhan wisata itu bisa dimanfaatkan oleh kapal yang membawa wisatawan ke Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, kawasan wisata di Sekotong Lombok Barat, dan ke Bali. Bahkan, kami berharap bisa menjadi pelabuhan internasional," ujarnya.(*)
sumber : antaramataram.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar