Kaca Hancur, Tembok Dijebol, Atap Bolong
PRAYA—Mapolsek Praya Timur (Pratim) menjadi sasaran amuk massa pada Minggu malam. Akibatnya, sejumlah tembok mapolsek jebol. Kaca-kaca jendela pecah. Bagian atap bolong dan rusak diterjang lemparan batu. Inventaris polsek di dalam kantor diacak-acak hingga rusak. Misalnya komputer, kursi, bangku, dan inventaris lainnya.
Tidak ada korban jiwa maupun luka dari anggota kepolisian maupun massa dalam persitiwa ini. Pihak kepolisian belum bisa melansir secara pasti kerugian yang timbul. Namun perkiraan kerugian ditaksir sekitar Rp 100 juta.
Perusakan Polsek Pratim, terjadi Minggu malam sekitar pukul 21.00 Wita. Ratusan massa yang berasal dari Desa Marong menyerbu mapolsek.
Sejumlah anggota polres dan polsek yang berjaga di TKP, tidak bisa berbuat banyak. Massa tidak bisa dikendalikan karena sudah terbakar emosi. Tembakan peringatan yang dikeluarkan pihak kepolisian, bahkan tidak digubris.
Sebelum merusak mapolsek pada Minggu malam, sekelompok massa sempat mendatangi Mapolsek Pratim pada Minggu sore sekitar pukul 15.00 wita. Saat itu, kaca mapolsek dilempari batu. Bendera di halaman mapolsek diturunkan.
Belakangan diketahui, kelompok massa yang nekat merusak mapolsek berasal dari Desa Marong, Pratim. Pelaku perusakan diduga keluarga korban pencurian dengan tindak kekerasan (curas) L Sabarudin yang meninggal dunia Minggu pagi.
L Sabaruddin, menjadi korban curas pada 4 Juni lalu di jalan raya timur SPBU Pratim. Sepeda motor Suzuki Satria FU milik Sabarudin, dirampas orang tidak dikenal.
Selain kehilangan sepeda motor, Sabarudin ditebas dengan senjata tajam. Buntut dari tebasan pelaku, Sabarudin harus menjalani rawat inap di RSUD Praya. Dan akhirnya meninggal dunia pada Minggu pagi.
Kapolres Loteng AKBP Budi Karyono mengatakan, setelah Sabarudin meninggal pada Minggu pagi, belasan warga Desa Marong datang ke Mapolsek Pratim. Mereka datang menanyakan penanganan kasus curas yang menimpa Sabarudin.
Mendapat penjelasan yang kurang memuaskan dari pihak kepolisian, ratusan massa datang dan merusak mapolsek pada Minggu siang. ‘’Saat itu saya langsung turun ke polsek. Anggota melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi nama-nama perusak polsek pada Minggu siang. Sampai akhirnya berhasil dikantongi empat nama pelaku perusakan,’’ terangnya.
Menjelang Magrib, Polres Loteng meminta bantuan Pemerintah Kecamatan Pratim dan Pemerintah Desa Marong untuk bernegosiasi dengan warga. Negosiasi dengan masyarakat disepakati di Kantor Desa Marong.
Karena kondisi yang tidak memungkinkan saat itu, negosiasi akhirnya batal. Sampai akhirnya terjadi perusakan kedua oleh ratusan massa. ‘’Perlu digarisbawahi, pelaku perusakan polsek minum minuman keras saat ngamuk di Polsek Praya Timur,’’ terang Budi.
Hingga kemarin, pelaku perusakan polsek pada Minggu malam, masih diselidiki. Perusakan yang terjadi pada malam hari membuat pihak berwajib sulit mengidentifikasi pelaku perusakan yang kedua.
Menyinggung penanganan kasus curas yang menimpa Sabarudin, Budi mengatakan, sebelumnya pihak kepolisian kesulitan mengungkap kasus tersebut. Tidak ada saksi lain kecuali korban dalam curas di timur SPBU Pratim beberapa minggu lalu. ‘’Selain itu, penyidik kesulitan memperoleh informasi yang pasti dari korban karena saat itu kondisi korban sedang kritis,’’ dalihnya.
Di hadapan wartawan Budi mengatakan, pihak Polres Loteng akan mengevaluasi kembali kasus curas yang menimpa Sabarudin.
Sementara itu, perusakan Polsek Pratim, membuat sejumlah pejabat Polda NTB harus turun ke Loteng. Beberapa jam setelah perusakan, pejabat Polda NTB datang ke TKP. Malam itu, rapat pejabat Polda NTB dengan Kapolres Loteng beserta jajaran langsung digelar di Polsek Pratim.
Pada Senin pagi, Kapolda NTB Brigjen Arif Wachyunadi datang ke Polsek Pratim untuk melihat langsung kondisi polsek yang rusak. Termasuk mendengarkan keterangan dari Kapolres Loteng tentang kronologis lengkap kejadian perkara.
Siang kemarin, pihak kepolisian sebenarnya berencana menggelar sweeping ke Desa Marong. Tujuannya, mencari pelaku perusakan. Namun rencana tersebut urung karena tidak direstui Polda NTB.
Bocoran yang diperoleh Lombok Post menyebutkan, Kapolda NTB tidak menyetujui adanya sweeping siang kemarin. Polres Loteng diminta menunggu suasana kondusif. Para pelaku tetap akan ditangkap karena identitas mereka telah dikantongi.
Sementara itu, Wakil Bupati Loteng HL Normal Suzana yang dikonfirmasi Lombok Post di TKP pada Minggu malam, enggan berbicara panjang lebar.
Mantan Camat Pratim tersebut, sepertinya cukup shok dengan peristiwa itu. Sebab sejak Minggu sore, wabup telah mendatangi warga Desa Marong dan meminta warga tidak berbuat anarkis. ‘’Pemerintah dan saya pribadi telah berbuat maksimal. Kami turun ke masyarakat untuk meminta dan mengimbau warga agar tidak anarkis. Emosi yang memuncak membuat warga kalut,’’ terangnya singkat. (aji)
sumber : lombokpost.co.id
PRAYA—Mapolsek Praya Timur (Pratim) menjadi sasaran amuk massa pada Minggu malam. Akibatnya, sejumlah tembok mapolsek jebol. Kaca-kaca jendela pecah. Bagian atap bolong dan rusak diterjang lemparan batu. Inventaris polsek di dalam kantor diacak-acak hingga rusak. Misalnya komputer, kursi, bangku, dan inventaris lainnya.
Tidak ada korban jiwa maupun luka dari anggota kepolisian maupun massa dalam persitiwa ini. Pihak kepolisian belum bisa melansir secara pasti kerugian yang timbul. Namun perkiraan kerugian ditaksir sekitar Rp 100 juta.
Perusakan Polsek Pratim, terjadi Minggu malam sekitar pukul 21.00 Wita. Ratusan massa yang berasal dari Desa Marong menyerbu mapolsek.
Sejumlah anggota polres dan polsek yang berjaga di TKP, tidak bisa berbuat banyak. Massa tidak bisa dikendalikan karena sudah terbakar emosi. Tembakan peringatan yang dikeluarkan pihak kepolisian, bahkan tidak digubris.
Sebelum merusak mapolsek pada Minggu malam, sekelompok massa sempat mendatangi Mapolsek Pratim pada Minggu sore sekitar pukul 15.00 wita. Saat itu, kaca mapolsek dilempari batu. Bendera di halaman mapolsek diturunkan.
Belakangan diketahui, kelompok massa yang nekat merusak mapolsek berasal dari Desa Marong, Pratim. Pelaku perusakan diduga keluarga korban pencurian dengan tindak kekerasan (curas) L Sabarudin yang meninggal dunia Minggu pagi.
L Sabaruddin, menjadi korban curas pada 4 Juni lalu di jalan raya timur SPBU Pratim. Sepeda motor Suzuki Satria FU milik Sabarudin, dirampas orang tidak dikenal.
Selain kehilangan sepeda motor, Sabarudin ditebas dengan senjata tajam. Buntut dari tebasan pelaku, Sabarudin harus menjalani rawat inap di RSUD Praya. Dan akhirnya meninggal dunia pada Minggu pagi.
Kapolres Loteng AKBP Budi Karyono mengatakan, setelah Sabarudin meninggal pada Minggu pagi, belasan warga Desa Marong datang ke Mapolsek Pratim. Mereka datang menanyakan penanganan kasus curas yang menimpa Sabarudin.
Mendapat penjelasan yang kurang memuaskan dari pihak kepolisian, ratusan massa datang dan merusak mapolsek pada Minggu siang. ‘’Saat itu saya langsung turun ke polsek. Anggota melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi nama-nama perusak polsek pada Minggu siang. Sampai akhirnya berhasil dikantongi empat nama pelaku perusakan,’’ terangnya.
Menjelang Magrib, Polres Loteng meminta bantuan Pemerintah Kecamatan Pratim dan Pemerintah Desa Marong untuk bernegosiasi dengan warga. Negosiasi dengan masyarakat disepakati di Kantor Desa Marong.
Karena kondisi yang tidak memungkinkan saat itu, negosiasi akhirnya batal. Sampai akhirnya terjadi perusakan kedua oleh ratusan massa. ‘’Perlu digarisbawahi, pelaku perusakan polsek minum minuman keras saat ngamuk di Polsek Praya Timur,’’ terang Budi.
Hingga kemarin, pelaku perusakan polsek pada Minggu malam, masih diselidiki. Perusakan yang terjadi pada malam hari membuat pihak berwajib sulit mengidentifikasi pelaku perusakan yang kedua.
Menyinggung penanganan kasus curas yang menimpa Sabarudin, Budi mengatakan, sebelumnya pihak kepolisian kesulitan mengungkap kasus tersebut. Tidak ada saksi lain kecuali korban dalam curas di timur SPBU Pratim beberapa minggu lalu. ‘’Selain itu, penyidik kesulitan memperoleh informasi yang pasti dari korban karena saat itu kondisi korban sedang kritis,’’ dalihnya.
Di hadapan wartawan Budi mengatakan, pihak Polres Loteng akan mengevaluasi kembali kasus curas yang menimpa Sabarudin.
Sementara itu, perusakan Polsek Pratim, membuat sejumlah pejabat Polda NTB harus turun ke Loteng. Beberapa jam setelah perusakan, pejabat Polda NTB datang ke TKP. Malam itu, rapat pejabat Polda NTB dengan Kapolres Loteng beserta jajaran langsung digelar di Polsek Pratim.
Pada Senin pagi, Kapolda NTB Brigjen Arif Wachyunadi datang ke Polsek Pratim untuk melihat langsung kondisi polsek yang rusak. Termasuk mendengarkan keterangan dari Kapolres Loteng tentang kronologis lengkap kejadian perkara.
Siang kemarin, pihak kepolisian sebenarnya berencana menggelar sweeping ke Desa Marong. Tujuannya, mencari pelaku perusakan. Namun rencana tersebut urung karena tidak direstui Polda NTB.
Bocoran yang diperoleh Lombok Post menyebutkan, Kapolda NTB tidak menyetujui adanya sweeping siang kemarin. Polres Loteng diminta menunggu suasana kondusif. Para pelaku tetap akan ditangkap karena identitas mereka telah dikantongi.
Sementara itu, Wakil Bupati Loteng HL Normal Suzana yang dikonfirmasi Lombok Post di TKP pada Minggu malam, enggan berbicara panjang lebar.
Mantan Camat Pratim tersebut, sepertinya cukup shok dengan peristiwa itu. Sebab sejak Minggu sore, wabup telah mendatangi warga Desa Marong dan meminta warga tidak berbuat anarkis. ‘’Pemerintah dan saya pribadi telah berbuat maksimal. Kami turun ke masyarakat untuk meminta dan mengimbau warga agar tidak anarkis. Emosi yang memuncak membuat warga kalut,’’ terangnya singkat. (aji)
sumber : lombokpost.co.id
Bah,... keluarga sabarudin ternyata tidak bisa sabar,. malu2in sabarudin aja,...
BalasHapus