Masyarakat di sekitar Gunung Tambora dan pengunjung/ wisatawan tidak diperbolehkan melalukan aktivitas apapun di G. Tambora dalam Kawasan Rawan bencana III (KRB III) dan dalam radius 3 km dari pusat aktivitas G. Tambora terkait dengan status Gunung Tambora yang meningkat dari Waspada Ke Siaga.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR. Surono menyatakan masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tenang, tidak tepancing isyu-isyu tentang letusan G. Tambora.
Dijelaskannya status gunung tambora meningkat dari waspada ke Siaga berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, "maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III)." jelasnya melalui situs resmi PVMBG.
Sehubungan dengan peningkatan status tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan G. Tambora dan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat. Status kegiatan G. Tambora akan diturunkan/dinaikkan kembali jika terjadi penurunan/ peningkatan aktivitas vulkanik.
Surono menjelaskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora. Untuk itu masyarakat diharapkan selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
"Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung." terangnya.(sn01)
Berikut penjelasan lengkap tentang Status Gunung Tambora :
Gunungapi Tambora terletak di Kabupaten Dompu dan Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, secara geografi terletak pada posisi 08°15,00’ Lintang Selatan dan 118°00,00 Bujur Timur dengan ketinggian 2851 meter di atas permukaan laut (dpl).
Kegiatan gunungapi Tambora yang tercatat dalam sejarah berupa letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815. Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan Bengkulu. Pada periode tahun 1847 – 1913 terjadi erupsi di bagian dalam kaldera yang menghasilkan leleran lava dan terbentuknya Kawah Doro Api Toi.
Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 30 Agustus 2011, pukul 11:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II).
Berikut disampaikan evaluasi kegiatan G. Tambora dalam kurun waktu 30 Agustus 2011 – 7 September 2011 berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan, sebagai berikut:
II. Visual
Pengamatan visual dilakukan dari arah Pos PGA Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu, sebagai berikut :
- Tanggal 30 Agustus 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 31 Agustus 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 1 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 2 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 3 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 4 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 5 September 2011, teramati adanya hembusan asap kawah berwarna putih tipis setinggi 10 meter dari bibir kaldera.
- Tanggal 6 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 7 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
III. Kegempaan
Jenis gempa yang terekam selama 30 Agustus 2011 hingga 8 September 2011 adalah sebagai berikut :
- Tanggal 30 Agustus 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-8.5 mm (dominan 5 mm) , 1 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 9 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 10 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 31 Agustus 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0.5-5 mm (dominan 1 mm) , 2 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 8 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 1 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-3 mm (dominan 1 mm) , 2 Gempa Low Frequency (LF), 15 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 13 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 2 September 2011, terekam 11 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-9 mm (dominan 5 mm) , 6 Gempa Low Frequency (LF), 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 4 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 3 September 2011, terekam 4 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 5 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 4 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 4 September 2011, terekam 11 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-6 mm (dominan 5 mm) , 1 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 3 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 7 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 5 September 2011, terekam 4 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-4 mm (dominan 1 mm) , 1 Gempa Low Frequency (LF), 7 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 11 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Terasa sebesar I MMI, 3 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 5 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 6 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-3 mm (dominan 1 mm) , 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 7 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 7 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0.5-5 mm (dominan 1 mm) , 6 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 40 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), dan 5 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
IV. Evaluasi
Peningkatan aktivitas G. Tambora teramati dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal. Gempa Vulkanik Dalam terus mengalami peningkatan hingga 7 September 2011 sejumlah 32 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya dalam 6 jam. Peningkatan aktivitas vulkanik berupa Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal dikhawatirkan akan memicu peningkatan aktivitas vulkanik yang lebih besar.
V. Potensi Bahaya
Letusan paroksimal Tambora tahun 1815 mengeluarkan lontaran hujan abu dengan Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) III berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, dan pada radius 3 km berpotensi terlanda lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) II berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, dan pada radius 5 km berpotensi terlanda lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran lahar, gas beracun, dan air dengan keasaman tinggi.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) I berpotensi terlanda lahar, dan pada radius 8 km berpotensi terlanda hujan abu dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Sehubungan dengan peningkatan status tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan G. Tambora dan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat. Status kegiatan G. Tambora akan diturunkan/dinaikkan kembali jika terjadi penurunan/ peningkatan aktivitas vulkanik.
VII. Rekomendasi
Sehubungan dengan status kegiatan G. Tambora “SIAGA (LEVEL III)” maka direkomendasikan:
Masyarakat di sekitar G. Tambora dan pengunjung/ wisatawan tidak diperbolehkan melalukan aktivitas apapun di G. Tambora dalam Kawasan Rawan bencana III (KRB III) dan dalam radius 3 km dari pusat aktivitas G. Tambora. Masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tenang, tidak tepancing isyu-isyu tentang letusan G. Tambora.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora.
Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
sumber :sumbawanews.com
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR. Surono menyatakan masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tenang, tidak tepancing isyu-isyu tentang letusan G. Tambora.
Dijelaskannya status gunung tambora meningkat dari waspada ke Siaga berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, "maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III)." jelasnya melalui situs resmi PVMBG.
Sehubungan dengan peningkatan status tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan G. Tambora dan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat. Status kegiatan G. Tambora akan diturunkan/dinaikkan kembali jika terjadi penurunan/ peningkatan aktivitas vulkanik.
Surono menjelaskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora. Untuk itu masyarakat diharapkan selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
"Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung." terangnya.(sn01)
Berikut penjelasan lengkap tentang Status Gunung Tambora :
Gunungapi Tambora terletak di Kabupaten Dompu dan Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, secara geografi terletak pada posisi 08°15,00’ Lintang Selatan dan 118°00,00 Bujur Timur dengan ketinggian 2851 meter di atas permukaan laut (dpl).
Kegiatan gunungapi Tambora yang tercatat dalam sejarah berupa letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815. Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan Bengkulu. Pada periode tahun 1847 – 1913 terjadi erupsi di bagian dalam kaldera yang menghasilkan leleran lava dan terbentuknya Kawah Doro Api Toi.
Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 30 Agustus 2011, pukul 11:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II).
Berikut disampaikan evaluasi kegiatan G. Tambora dalam kurun waktu 30 Agustus 2011 – 7 September 2011 berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan, sebagai berikut:
II. Visual
Pengamatan visual dilakukan dari arah Pos PGA Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu, sebagai berikut :
- Tanggal 30 Agustus 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 31 Agustus 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 1 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 2 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 3 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 4 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 5 September 2011, teramati adanya hembusan asap kawah berwarna putih tipis setinggi 10 meter dari bibir kaldera.
- Tanggal 6 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
- Tanggal 7 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.
III. Kegempaan
Jenis gempa yang terekam selama 30 Agustus 2011 hingga 8 September 2011 adalah sebagai berikut :
- Tanggal 30 Agustus 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-8.5 mm (dominan 5 mm) , 1 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 9 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 10 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 31 Agustus 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0.5-5 mm (dominan 1 mm) , 2 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 8 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 1 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-3 mm (dominan 1 mm) , 2 Gempa Low Frequency (LF), 15 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 13 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 2 September 2011, terekam 11 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-9 mm (dominan 5 mm) , 6 Gempa Low Frequency (LF), 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 4 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 3 September 2011, terekam 4 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 5 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 4 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 4 September 2011, terekam 11 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-6 mm (dominan 5 mm) , 1 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 3 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 7 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 5 September 2011, terekam 4 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-4 mm (dominan 1 mm) , 1 Gempa Low Frequency (LF), 7 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 11 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Terasa sebesar I MMI, 3 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 5 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 6 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-3 mm (dominan 1 mm) , 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 7 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
- Tanggal 7 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0.5-5 mm (dominan 1 mm) , 6 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 40 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), dan 5 Gempa Tektonik Jauh (TJ).
IV. Evaluasi
Peningkatan aktivitas G. Tambora teramati dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal. Gempa Vulkanik Dalam terus mengalami peningkatan hingga 7 September 2011 sejumlah 32 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya dalam 6 jam. Peningkatan aktivitas vulkanik berupa Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal dikhawatirkan akan memicu peningkatan aktivitas vulkanik yang lebih besar.
V. Potensi Bahaya
Letusan paroksimal Tambora tahun 1815 mengeluarkan lontaran hujan abu dengan Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) III berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, dan pada radius 3 km berpotensi terlanda lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) II berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, dan pada radius 5 km berpotensi terlanda lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran lahar, gas beracun, dan air dengan keasaman tinggi.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) I berpotensi terlanda lahar, dan pada radius 8 km berpotensi terlanda hujan abu dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).
VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Sehubungan dengan peningkatan status tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan G. Tambora dan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat. Status kegiatan G. Tambora akan diturunkan/dinaikkan kembali jika terjadi penurunan/ peningkatan aktivitas vulkanik.
VII. Rekomendasi
Sehubungan dengan status kegiatan G. Tambora “SIAGA (LEVEL III)” maka direkomendasikan:
Masyarakat di sekitar G. Tambora dan pengunjung/ wisatawan tidak diperbolehkan melalukan aktivitas apapun di G. Tambora dalam Kawasan Rawan bencana III (KRB III) dan dalam radius 3 km dari pusat aktivitas G. Tambora. Masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tenang, tidak tepancing isyu-isyu tentang letusan G. Tambora.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora.
Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
sumber :sumbawanews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar