Selamat Datang di Halaman Blog Polres Sumbawa Barat | Link ke polri.go.id | Telah launching sms dan telephone pengaduan masyarakat di nomor 081915998885 sehingga bagi anda yang memiliki informasi kriminal silakan sms ke nomor tsb dan akan segera kami tindak lanjuti. Hubungi kami untuk informasi tempat - tempat vital di KSB | Gabung di Facebook Polres Sumbawa Barat "ANGGOTA POLRES KSB" untuk mendapatkan berita dan informasi kegiatan terbaru di wilayah hukum Polres Sumbawa Barat

Senin, 12 September 2011

Polres KSB Siap Fasilitasi Pertemuan Bilateral

Kepala Polisi Resort (Kapolres) Sumbawa Barat, Kompol. Hadi Gunawan, S.Ik, mengaku pihak Polres KSB bersedia menjadi fasilitator pertemuan antara pihak Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dengan Managemen PT Newmont Nusa Tenggara, dalam upaya menyelesaiakan konflik yang berujung kepada aksi yang dilakukan sejumlah masyarakat KSB khususnya warga di wilayah lingkar Tambang.

Dikatakan Hadi Gunawan, pihaknya juga tidak menghendaki ketegangan yang terjadi dibeberapa wilayah lingkar tambang berlarut-larut. Oleh karenanya Pemkab dan Newmont harus duduk bersama untuk segera menemukan solusi terbalik sehingga rakyat tidak lagi menjadi korban dari konflik yang terjadi antara Pemda KSB dan Newmont.

Diakui Hadi sapaan Kapolres KSB, pihak PT Newmont sebelumnya telah menyatakan kesediaannya untuk mengadakan pertemuan dengan Pemda KSB. ''Insya Allah hari Senin ini pertemuan bisa digelar agar semua persoalan bisa diselesaikan. Kami juga tidak ingin kondisi ini berlarut-larut,''harapnya saat dikonfirmasi SumbawaNews.Com via selulernya.

Sementara itu, sebelumnya Manager Publik Relation (PR) PT Newmont, Rubi Purnomo, mengaku keinginan Kapolres KSB untuk memfasilitasi pertemuan Bilateral antara Pemerintah KSB dan Manajemen PT Newmont Nusatenggara (PTNNT) direspon positif oleh pihak Newmont.

"Perusahaan tidak berkeberatan untuk bertemu jika diperlukan,''ungkapnya sembari mengatakan PTNNT tidak mentolerir tindakan-tindakan anarkis karena hal tersebut melanggar hukum dan tidak membawa kebaikan untuk semua pihak.

Kabag Humas Pemda KSB, Yahya Soud menjelaskan Pemda KSB telah menugaskan Kadis Nakertrans untuk membicarakan hal tersebut dengan Manajemen PTNNT, "disepakati untuk dimusyawarakan hari senin mendatang di Taliwang." ungkapnya

Disisi lain tambah Yahya, Pemda KSB juga telah menugaskan para Camat untuk memantau dan menenangkan massa agar tidak melakukan tindakan anarkis. (ian/arh)

sumber : sumbawanews.com

Hadi Gunawan: Tidak Benar Penembakan Terjadi di Dalam Masjid

Kapolres Sumbawa Barat Hadi Gunawan membantah bahwa aparat Brimob yang mengamankan aksi unjuk rasa di sekongkang, Jum'at (9/9/2011) kemarin menembaki masyarakat yang sedang berdoa di Masjid Jami Sekongkang.

"Tidak benar, aparat kami melakukan penembakan di Masjid." ungkap Hadi kepada Sumbawanews.com, Sabtu (10/9/2011).

Diakui oleh Hadi, aparatnya memang melakukan pelepasan gas air mata dilokasi aksi, namun sama sekali tidak melakukan penembakan kepada siapapun didalam Masjid, "Kami juga muslim, masa harus menembaki umat sendiri yang sedang beribadah." terang Hadi.

Hadi menegaskan, beberapa orang yang terkena tembakan peluru karet bukan berada di dalam Masjid tapi di sekitar jalan di KM 8 tersebut yang kebetulan terdapat pengunjuk rasa. "Mereka shalat di lokasi aksi, bukan di masjid." terangnya.

Dijelaskannya, Aparat melakukan tindakan pembubaran karena massa yang melakukan aksi tidak mau membubarkan diri, "Kami telah melakukan pendekatan persuasif namun mereka tetap bertahan dan coba menyerang petugas." ungkapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Salah seorang tokoh masyarakat setempat Amin mengungkapkan bahwa aparat Brimob melakukan penyerangan kepada Jamaah yang sedang berdo'a.

"Pada Saat itu kami lagi baca doa, tiba-tiba anggota Brimob melakukan penyerangan ke para Jamaah sholat dengan cara melemparkan gas air mata dan menembakan peluru karet." ungkap tokoh masyarakat Sekongkang Amin yang luput dari tembakan aparat kepada Sumbawanews Sabtu (10/9/2011) siang.

Akibat dari tembakan tersebut Iman Masjid Jami Sekongkang H. Najamuddin terkena peluru karet dibagian pelipis kanan dan luka robek dengan 12 jahitan.

Diceritakannya, Sebelum penembakan tersebut aparat Brimob telah menyita semua senjata yang dimiliki masyarakat berupa parang, tombak, pedang dan senapan angin. "setelah masyarakat di lumpuhkan senjatanya dengan alasan wakil Bupati akan datang, tiba-tiba anggota Brimob langsung melakukan penyerangan kepada para pendemo." terangnya.

Sementara itu Manager Humas PTNNT Rubi Purnomo menjelaskan setelah secara damai pihak yang berwajib membuka blockade jalan akses ke lokasi tambang Batu Hijau yang tidak sesuai dengan hukum, yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa kemarin, ada beberapa orang pengunjuk rasa yang melakukan perlawanan sehingga terjadi bentrokan dengan pihak yang berwajib semalaman. "Saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap insiden tersebut." ungkapnya.

Menurut Rubi tindakan anarkis adalah perbuatan melanggar hukum dan tidak akan membawa kebaikan bagi semua pihak. Manajemen PTNNT meminta semua pihak dapat bersabar agar tim investigasi proses rekrutmen dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tuntas dan perusahaan dapat menyampaikan informasi tentang kelanjutan dari proses rekrutmen tersebut. (Edi C / arh)

sumber : sumbawanews.com

Minggu, 11 September 2011

Warning! Status Gunung Tambora Meningkat Dari Waspada Ke Siaga

Masyarakat di sekitar Gunung Tambora dan pengunjung/ wisatawan tidak diperbolehkan melalukan aktivitas apapun di G. Tambora dalam Kawasan Rawan bencana III (KRB III) dan dalam radius 3 km dari pusat aktivitas G. Tambora terkait dengan status Gunung Tambora yang meningkat dari Waspada Ke Siaga.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) DR. Surono menyatakan masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tenang, tidak tepancing isyu-isyu tentang letusan G. Tambora.

Dijelaskannya status gunung tambora meningkat dari waspada ke Siaga berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, "maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III)." jelasnya melalui situs resmi PVMBG.

Sehubungan dengan peningkatan status tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan G. Tambora dan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat. Status kegiatan G. Tambora akan diturunkan/dinaikkan kembali jika terjadi penurunan/ peningkatan aktivitas vulkanik.

Surono menjelaskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora. Untuk itu masyarakat diharapkan selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.

"Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung." terangnya.(sn01)


Berikut penjelasan lengkap tentang Status Gunung Tambora :


Gunungapi Tambora terletak di Kabupaten Dompu dan Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, secara geografi terletak pada posisi 08°15,00’ Lintang Selatan dan 118°00,00 Bujur Timur dengan ketinggian 2851 meter di atas permukaan laut (dpl).

Kegiatan gunungapi Tambora yang tercatat dalam sejarah berupa letusan paroksimal Tambora tahun 1815, diawali dengan peristiwa gemuruh yang menggelegar, diikuti dengan lontaran hujan abu pada tanggal 5 April 1815. Letusan paroksimal terjadi pada tanggal 10 April 1815 dan berakhir pada tanggal 12 April 1815. Letusan ini diiringi halilintar sambung menyambung bagaikan ledakan bom atom, terdengar hingga ratusan kilometer jauhnya bahkan terdengar sampai di P. Bangka dan Bengkulu. Pada periode tahun 1847 – 1913 terjadi erupsi di bagian dalam kaldera yang menghasilkan leleran lava dan terbentuknya Kawah Doro Api Toi.

Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 30 Agustus 2011, pukul 11:00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II).

Berikut disampaikan evaluasi kegiatan G. Tambora dalam kurun waktu 30 Agustus 2011 – 7 September 2011 berdasarkan pengamatan visual dan kegempaan, sebagai berikut:

II. Visual
Pengamatan visual dilakukan dari arah Pos PGA Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu, sebagai berikut :

- Tanggal 30 Agustus 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

- Tanggal 31 Agustus 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

- Tanggal 1 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

- Tanggal 2 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

- Tanggal 3 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

- Tanggal 4 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

- Tanggal 5 September 2011, teramati adanya hembusan asap kawah berwarna putih tipis setinggi 10 meter dari bibir kaldera.

- Tanggal 6 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

- Tanggal 7 September 2011, tidak teramati adanya hembusan asap kawah.

III. Kegempaan
Jenis gempa yang terekam selama 30 Agustus 2011 hingga 8 September 2011 adalah sebagai berikut :

- Tanggal 30 Agustus 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-8.5 mm (dominan 5 mm) , 1 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 9 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 10 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 31 Agustus 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0.5-5 mm (dominan 1 mm) , 2 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 8 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 1 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-3 mm (dominan 1 mm) , 2 Gempa Low Frequency (LF), 15 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 2 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 13 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 2 September 2011, terekam 11 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-9 mm (dominan 5 mm) , 6 Gempa Low Frequency (LF), 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 4 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 3 September 2011, terekam 4 Gempa Low Frequency (LF), 5 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 5 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 4 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 4 September 2011, terekam 11 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-6 mm (dominan 5 mm) , 1 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 6 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 3 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 7 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 5 September 2011, terekam 4 kali Gempa Tremor dengan amplitude maksimum 1-4 mm (dominan 1 mm) , 1 Gempa Low Frequency (LF), 7 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 11 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Terasa sebesar I MMI, 3 kali Gempa Tektonik Lokal (TL) dan 5 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 6 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 1-3 mm (dominan 1 mm) , 4 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 7 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), dan 2 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

- Tanggal 7 September 2011, terekam Gempa Tremor menerus dengan amplitude maksimum 0.5-5 mm (dominan 1 mm) , 6 kali Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 40 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA), 1 kali Gempa Tektonik Lokal (TL), dan 5 Gempa Tektonik Jauh (TJ).

IV. Evaluasi
Peningkatan aktivitas G. Tambora teramati dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal. Gempa Vulkanik Dalam terus mengalami peningkatan hingga 7 September 2011 sejumlah 32 kali Gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya dalam 6 jam. Peningkatan aktivitas vulkanik berupa Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal dikhawatirkan akan memicu peningkatan aktivitas vulkanik yang lebih besar.

V. Potensi Bahaya
Letusan paroksimal Tambora tahun 1815 mengeluarkan lontaran hujan abu dengan Volume material letusan yang dilontarkan ke udara mencapai 100-150 km3 dengan tinggi payung letusannya diperkirakan mencapai 30-40 km di atas gunungapinya.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) III berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, dan pada radius 3 km berpotensi terlanda lontaran batu pijar dan hujan abu lebat.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) II berpotensi terlanda awan panas, aliran lava dan gas beracun, dan pada radius 5 km berpotensi terlanda lontaran atau guguran batu pijar, hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran lahar, gas beracun, dan air dengan keasaman tinggi.
Pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) I berpotensi terlanda lahar, dan pada radius 8 km berpotensi terlanda hujan abu dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar).

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data visual dan kegempaan, maka terhitung tanggal 8 September 2011, pukul 16.00 WITA, status kegiatan G. Tambora dinaikkan dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Sehubungan dengan peningkatan status tersebut, maka Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi akan meningkatkan pemantauan secara intensif guna melakukan evaluasi kegiatan G. Tambora dan dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah (Satlak PB dan Satkorlak PB) setempat. Status kegiatan G. Tambora akan diturunkan/dinaikkan kembali jika terjadi penurunan/ peningkatan aktivitas vulkanik.

VII. Rekomendasi

Sehubungan dengan status kegiatan G. Tambora “SIAGA (LEVEL III)” maka direkomendasikan:

Masyarakat di sekitar G. Tambora dan pengunjung/ wisatawan tidak diperbolehkan melalukan aktivitas apapun di G. Tambora dalam Kawasan Rawan bencana III (KRB III) dan dalam radius 3 km dari pusat aktivitas G. Tambora. Masyarakat di sekitar G. Tambora diharap tenang, tidak tepancing isyu-isyu tentang letusan G. Tambora.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Nusa Tenggara Barat (selaku Ketua SATKORLAK PB) dan Pemerintah Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima (Ketua SATLAK PB) tentang aktivitas G. Tambora.
Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari SATLAK PB dan SATKORLAK PB.
Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Tambora di Desa Pekat, Kecamatan Kempo, Kabupaten Dompu atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

sumber :sumbawanews.com